Desa Ngabab Malang

Desa Ngabab merupakan desa yang sedikit tersembunyi karena diapit Pegunungan Dworowati. Lokasinya berada di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dari segi topografi, Desa Ngabab berada di dataran tinggi dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut dengan kisaran suhu 16-24 oC.

Bagi orang yang belum begitu mengenal Desa Ngabab, mungkin akan berpikiran desa ini hanya sebuah desa kecil di Kecamatan Pujon yang tidak begitu istimewa. Namun bagi saya yang pernah hidup kurang lebih 2 bulan di desa ini, Desa Ngabab merupakan aset yang sangat berharga bagi negeri Indonesia.

Desa Ngabab merupakan salah satu penghasil susu dan sayur terbesar di Kabupaten Malang. Potensi wisata juga sangat banyak karena keindahan alamnya, warisan budayanya, dan sumber mata airnya yang jernih, serta cewe cewenya yg juga jernih.

Salah Satu Hasil dari Perkebunan di Desa Ngabab

Untuk sektor pertanian dan perkebunan, desa ini menghasilkan sayur mayur antara lain adalah wortel, cabe, kubis, kentang, sawi, dan lainnya. Cabe cabean nya juga ada sih dikitt, kebanyakan alim alim kok ga ada yg gondes.

Lalu selain sayur mayur, ada juga buah buahan (apel dan jeruk), tanaman palawija (jagung), dan tanaman padi.  Pertanian di daerah ini begitu subur karena didukung oleh irigasi yang cukup memadai dan kondisi alamnya.

Pada sektor peternakan, Desa Ngabab adalah penghasil susu sapi terbesar yang ada di Kecamatan Pujon. Setiap hari, rata rata produksi susu yang dihasilkan di Desa Ngabab adalah sebanyak 9000 liter. Produksi susu sebanyak itu diperoleh dari 1900 ekor sapi perah yang dimiliki oleh para warga di Desa Ngabab. Hasil susu tersebut disetorkan ke KUD Desa Ngabab kemudian dipasok ke produsen susu bertaraf internasional seperti Nestle dan Granfield.

Tetapi, desa ini tentu saja tidak lepas dari masalah seperti gagal panen, banyaknya ternak yang sakit, tidak adanya tempat pengolahan sampah, fasilitas penerangan dan transportasi yang tidak memadai, kesehatan penduduk, serta masalah masalah warga lainnya.

Mungkin seperti itulah sedikit gambaran desa KKN saya dan permasalahannya.

Perjalanan Dimulai

Sore itu, menjelang magrib, saya sudah bersiap siap untuk keberangkatan KKN saya yang dijadwalkan jam 8 malam. Kami semua berkumpul di barat GSP, lalu berdoa bersama agar selamat sampai di Malang dan kegiatan KKN ini dapat berjalan dengan lancar.

Selama perjalanan, saya mengkonfirmasi bahwa desas desus tentang supir bus Jawa Timur yang menjadikan jalanan sebagai arena balap itu benar adanya, walaupun saya yakin tidak semua supirnya seperti itu. Tapi bis yang kami tumpangi ngeri bener dah. Asli mau muntah karena terlempar ke kanan dan kiri karena nyupirnya ngebut ga karuan.

Sepanjang jalan kaga bisa tidur selalu was-was karena ini semua menyangkut nyawa. Tetapi hal itu merupakan pengalaman menarik tersendiri bagi saya. Selama ini saya hanya mendengar dan melihat di berita, dan pada saat itu saya langsung merasakan adrenalin dari bus Jawa Timuran.

Perjalanan mendebarkan menuju Malang pun akhirnya berakhir. Tampak di kejauhan terlihat terminal pemberhentian kami, alhamdulillah nyampe juga di Kecamatan Pujon dalam keadaan baik baik dan masih hidup semua :’)

Sesaat setelah menurunkan barang, hal pertama yang membuat kami bingung adalah bagaimana cara kami semua ke pondokan yang berada di Desa Ngabab, padahal motor yang kami bawa dengan truk hanya 9 motor. Kesepakatan kami akhirnya menaikkan yang perempuan ke truk untuk dibawa ke pondokan. Walaupun banyak yang protes, khususnya ciwi ciwi didikan syahrini…. tetapi ya mau gimana lagi, kalau bolak balik soalnya jaraknya lumayan jauh.

Sambutan Dari Kepala Desa

Sesampainya di pondokan, kami beres beres terlebih dahulu karena kami akan menempati rumah salah satu penduduk. Oh iya, pondokan antara yang perempuan dan laki terpisah (kalau ga terpisah bisa bisa nambah lagi anggota kelompok kita).

Satu hal yang paling saya tidak suka disini adalah airnya yang sangat dingin, setiap saya mandi pasti sambil teriak teriak karena saking dinginnya.

Kegiatan KKN

Akhirnya kegiatan KKN dimulai. Kami akan belajar bermasyarakat di desa ini. Fokus kami pada awal minggu di Desa Ngabab adalah adaptasi dan pengenalan mengenai kondisi desa, mulai dari pengenalan bidang pendidikan, keagamaan, perekonomian, kesehatan, dan lingkungan. Dari situlah kami dapat menyusun program program baru kami dan menyesuaikan dengan program yang sudah kami rencanakan sebelumnya.

Oke, kegiatan dimulai dengan mensurvey fasilitas yang rusak. Setelah keliling keliling sampai desa sebelah, saya terhenti sebentar karena melihat banyak penduduk melewati jembatan yang sudah terbilang tidak layak. Jembatan tersebut sangat kecil dan merupakan satu satunya jembatan yang menghubungkan dusun Torong dan Krajan di Desa Ngabab.

Jika ingin melewati jalur lain yang menghubungkan kedua desa tersebut, maka harus berputar dan itu sangat jauh jaraknya. Dan jembatan itu juga tidak ada pembatas sama sekali dikanan dan kirinya, sehingga jika terpeleset sedikit disana, innalillahi…..

Melihat keadaan yang sangat beresiko tersebut, maka tercetuslah ide untuk memperbaiki jembatan tersebut.

Permasalahan selanjutnya adalah bagaimana saya memperbaiki jembatan tersebut. Walaupun sebagai mahasiswa Teknik Sipil, tentu saja saya belum pernah membuat secara langsung sebuah jembatan, perhitungan struktur jembatan pun saya belum paham paham amat, lalu membeli bahannya juga bagaimana karena bisa dibilang modal kami untuk mengabdi pada KKN ini sangat pas pasan.

Sebetulnya teknik yang paling mudah untuk menyelesaikan masalah program KKN adalah berbaur dengan sekitar dan meminta bantuan kepada masyarakat.

Dan memang benar, saya sangat bersyukur penduduk disana sangat suportif. Mendengar rencana untuk memperbaiki jembatan mereka langsung menawarkan tenaga dan bantuannya, mereka juga mengantar saya untuk mencari bambu di hutan agar dapat merealisasikan program perbaikan jembatan ini tanpa harus mengeluarkan biaya sama sekali.

Saat semua persiapan selesai, waktu pengerjaan perbaikan jembatan pun akhirnya tiba. Saat itu kami mendapat bantuan juga dari tim KKN Universitas Brawijaya dan Muhammadiyah Malang. Mereka dengan suka rela ingin membantu. Sehingga perbaikan yang saya perkirakan akan berhari hari pengerjaannya, ternyata dapat selesai dalam satu hari karena bantuan dari warga dan tim KKN Universitas lain.

Mungkin program ini terlihat sederhana, yaitu membuat jembatan dari bambu. Tetapi dari program itu, banyak manfaat yang kami dapatkan, contohnya saja menambah kesadaran kami akan pentingnya tolong menolong dan gotong royong dalam menyelesaikan masalah. Tidak lupa juga manfaat bagi penduduk antar dua desa yang akhirnya memiliki akses jembatan yang memadai.

Dan untuk program temen temen kelompok yang saya ikuti ada pelatihan komputer, renovasi sekolah, dan penyediaan tempat sampah di rumah rumah penduduk.

Jujur saja saya sangat rindu dengan kegiatan KKN kemarin… dan masih pengen kkn lagi sebetulnya wkwkw…. tapi yakali nunda nunda kelulusan buat kkn lagi…

Pengen keliling malem malem buat nyari bakso buat ngangetin badan

sahur dan buka bareng

panen sayur

memerah susu sapi

mandi dengan air es

jalan jalan ngerasain wisata alam Desa Ngabab

jalan ke Malang, Batu, Museum Angkut, Ngejar Sunrise Bromo

Semoga di lain kesempatan, kita dapat berkumpul lagi

Terima Kasih Kelompok KKN UGM JTM-09

Program Pasar Rakyat

Hampir Semua Penduduk Memiliki Ternak Sapi di Rumahnya

Foto Perpisahan


0 Komentar

Tinggalkan Balasan